Hai, Sobat Makmur! Pasar saham Indonesia masih betah di zona merah. Dalam bulan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan sempat melemah ke level 6.000-an pada Selasa (18/03) yang merupakan level terendah dalam 3 tahun. Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberlakukan perdagangan sementara alias trading halt untuk mencegah kejatuhan IHSG lebih dalam.
Pelemahan IHSG ini juga disertai oleh derasnya arus dana keluar oleh investor asing. Salah satu penyebab dari pelemahan ini adalah menurunnya peringkat (rating) pasar saham Indonesia oleh lembaga keuangan dan investasi dunia. Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai prospek IHSG ke depan di tengah penurunan rating pasar saham Indonesia.
Daya tarik pasar saham Indonesia diperkirakan memudar setelah dua lembaga keuangan dan investasi dunia, yakni Goldman Sachs dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) menurunkan peringkat saham Indonesia.
Pekan lalu, Goldman Sachs Group Inc memangkas peringkat aset investasi mereka di Indonesia, utamanya terhadap pasar saham dan surat utang. Peringkat saham Indonesia diturunkan dari overweight menjadi market weight atau netral. Pemangkasan rating ini dilakukan setelah Goldman Sachs menaikkan proyeksi defisit anggaran Indonesia pada tahun ini dari sebelumnya 2,5% menjadi 2,9%. Proyeksi defisit APBN ini lebih tinggi dibandingkan yang dipatok pemerintah dalam APBN 2025 sebesar 2,53% atau realisasi tahun lalu sebesar 2,29%.
Perbankan asal Amerika Serikat (AS) tersebut menyebut, pembentukan dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund (SWF) dan perluasan kebijakan perumahan untuk keluarga berpenghasilan rendah dapat memperburuk kondisi defisit. Di sisi lain, menurunnya laba perusahaan dan mengetatnya likuiditas sistem perbankan bisa menjadi tekanan tambahan pada pasar.
Sebelumnya, perusahaan investasi global MSCI juga telah memangkas rating saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal weight menjadi underweight. Ada beberapa faktor di balik keputusan penurunan rating ini. Pertama, penurunan rating didasarkan pada penurunan return on equity (ROE) di Indonesia, terutama akibat melemahnya pertumbuhan di sektor-sektor siklikal domestik. Kedua, pertumbuhan ekonomi di Indonesia justru terhambat yang akhirnya berdampak pada valuasi pasar modal Indonesia.
Berbeda nasib dengan pasar Indonesia, Morgan Stanley justru meningkatkan peringkat MSCI China dari underweight menjadi equal weight, mengingat perbaikan kinerja sektor-sektor utama di negeri tirai bambu tersebut. Tidak seperti ROE di pasar saham Indonesia yang tertekan akibat melemahnya ekonomi domestik, MSCI menyebut ROE di pasar saham China justru berkembang akibat perbaikan fundamental dan strategi monetisasi di sektor e-commerce.
Ke depan, IHSG diperkirakan masih dilanda sejumlah sentimen negatif, yakni:
Penurunan rating oleh Goldman Sachs dan MSCI mengindikasikan prospek pasar saham dalam negeri menjadi kurang menarik. Hal ini membuat dana asing keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia, terutama dari saham-saham berkapitalisasi besar seperti saham big bank. Capital outflow ini membuat saham-saham perbankan melemah. Pelemahan saham-saham perbankan ini turut menyeret IHSG ke zona merah, karena saham-saham sektor keuangan (finance) memiliki bobot terbesar terhadap IHSG.
2. Dampak Efisiensi
Pasar saham Indonesia juga dibayangi oleh dampak efisiensi anggaran pemerintahan rezim Prabowo. Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, Presiden Prabowo menginstruksikan penghematan sebesar Rp306,69 triliun dalam APBN dan APBD tahun anggaran 2025. Penghematan ini terdiri dari Rp256,1 triliun dari anggaran kementerian/lembaga dan Rp50,59 triliun dari transfer ke daerah. Efisiensi yang dilakukan Prabowo akan menimbulkan sejumlah dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap beberapa sektor. Sejumlah sektor yang terdampak langsung antara lain sektor barang konsumsi, sektor pariwisata, hingga infrastruktur.
Kebijakan efisiensi ini menimbulkan kekhawatiran investor akan pelemahan ekonomi dalam jangka pendek akibat berkurangnya belanja pemerintah dan konsumsi. Namun, dampak dari efisiensi ini diperkirakan hanya sementara, jika dana dari efisiensi anggaran mulai dialokasikan kembali tahun mendatang.
3. Perang Dagang Jilid II
Saat ini, sentimen utama dari luar negeri yang melanda pasar saham Indonesia adalah perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, yakni China dan Amerika Serikat (AS). Perang dagang yang terus berkecamuk bisa berdampak pada perekonomian dunia karena akan meningkatkan harga barang. Kenaikan harga barang akan berdampak pada kenaikan inflasi, dan berujung pada pengetatan kebijakan moneter.
Akan tetapi, ada sejumlah sentimen positif yang bisa mengangkat IHSG setidaknya dalam jangka pendek, diantaranya.
1. Musim Pembagian Dividen
Salah satu sentimen terdekat adalah musim pembagian dividen. Sejumlah emiten, khususnya emiten dengan market caps besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai mengumumkan pembagian dividen dari buku tahun 2024. Sejumlah emiten yang telah mengumumkan pembagian dividen diantaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Selain ketiga emiten ini, emiten perbankan lain seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) hingga PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga telah memberi sinyal pembagian dividen.
2. Buyback Saham Sejumlah Emiten
Sentimen positif berikutnya datang dari aksi korporasi berupa pembelian kembali alias buyback saham yang sudah digulirkan emiten bank besar. Salah satu bank besar yang akan melakukan buyback adalah BBRI yang sudah mulai buyback saham-nya dengan modal yang disiapkan mencapai Rp3 triliun. Selain BBRI, ada pula perbankan lain seperti BBNI yang berencana melakukan pembelian kembali saham sebanyak-banyaknya sebesar Rp905 miliar atau 10% dari total modal disetor.
Selain perbankan besar, ada beberapa emiten yang akan menggelar buyback seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Avia Avian Tbk (AVIA), dan PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA). Dalam jangka pendek, aksi korporasi ini setidaknya bisa menahan kejatuhan IHSG.
Nah Sobat Makmur, itu dia beberapa sentimen yang masih membayangi pasar saham Indonesia. Bisa disimpulkan, prospek pasar saham domestik masih cukup berat dengan kurangnya sentimen positif yang bisa mengangkat IHSG. Untuk itu, di tengah anjloknya IHSG, kamu juga harus memilih instrumen investasi yang tepat. Kamu bisa memilih reksa dana sebagai pilihan investasimu.
Jika kamu berinvestasi di reksa dana, dana milikmu akan dikelola secara otomatis dan profesional oleh Manajer Investasi (MI). MI bertugas menentukan aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana yang kamu pilih. Pemilihan aset ini dilakukan berdasarkan analisis mendalam serta mempertimbangkan berbagai aspek makroekonomi untuk memastikan pengelolaan investasi yang optimal.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo New Ramadan, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Di tengah gejolak yang melanda pasar saham saat ini, ada kabar baik bagi investor tanah air. Sejumlah emiten baru saja menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan dan memutuskan untuk membagikan dividen dari tahun buku 2024. Tentunya, dividen ini bisa kamu cermati sebagai tambahan uang Lebaran, loh! Penasaran emiten mana saja yang […]
Hai, Sobat Makmur! Apakah kamu masih bingung mencari instrumen investasi yang tepat? Jika iya, Sobat Makmur bisa mencermati reksa dana terproteksi. Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang melindungi 100% pokok investasi investor pada saat jatuh tempo. Pastinya, reksa dana terproteksi bisa menjadi alternatif bagi kamu yang mencari instrumen investasi dengan imbal hasil menarik […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar saham Indonesia masih terus tertekan. Hal ini tergambar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus melemah. Pelemahan IHSG ini disebabkan oleh melemahnya harga saham emiten terutama emiten saham yang memiliki kapitalisasi pasar atau market caps besar. Untuk meminimalkan kejatuhan harga saham, sejumlah emiten memutuskan untuk melakukan aksi pembelian kembali alias […]
Hai, Sobat Makmur! Apakah kamu sudah menerima uang tunjangan hari raya (THR)? Uang THR adalah dana yang diberikan oleh perusahaan atau instansi pemerintahan yang ditujukan untuk membantu pekerja memenuhi kebutuhan finansial saat merayakan hari raya keagamaan. Biasanya, THR akan digunakan untuk keperluan konsumtif, sehingga THR yang kamu terima akan cepat habis. Dalam artikel kali ini, […]
Hai, Sobat Makmur! Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bertambah. Hal ini seiring dengan rencana tiga perusahaan yang akan melepas sahamnya ke Bursa. Ketiga perusahaan tersebut yakni PT Medela Potentia Tbk (MDLA), PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI). Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak […]