Hai, Sobat Makmur! Mendapatkan keuntungan (gain) pasti menjadi target kamu dalam berinvestasi. Akan tetapi, ada kalanya portofolio investasimu mengalami penurunan akibat kondisi pasar modal yang sedang lesu. Seperti yang terjadi saat ini, dimana pasar saham mengalami penurunan cukup signifikan akibat diterpa sejumlah sentimen negatif. Tak jarang kondisi ini membuat sebagian investor terkejut, panik, dan akhirnya mengambil keputusan yang irasional. Dalam artikel ini, Makmur akan mengajak kamu untuk belajar mengelola emosi pada saat pasar sedang turun agar tetap tenang dan bersikap rasional. Yuk, disimak!
Kondisi pasar saham Indonesia saat ini boleh dibilang sedang lesu yang tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per Rabu (20/11), IHSG melemah 1,77% dalam sepekan dan dalam sebulan telah terkoreksi 7,84%. Sejak awal tahun alias secara year-to-date (ytd), IHSG telah melemah 1,36%.
Ada beberapa faktor penyebab pelemahan pasar saham belakangan ini.
1. Kemenangan Trump dalam Pemilu AS
Kemenangan Trump membuat berbagai aset berisiko di Amerika Serikat (AS) semakin bergairah. Investor semakin melirik pasar saham AS ketimbang pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Wall Street pun ditutup menghijau pasca Trump memenangkan Pemilu AS kala itu. Investor menyambut positif terpilihnya Trump yang membawa agenda pro-pertumbuhan bagi AS. Pasar meyakini kebijakan Trump akan terus mendorong performa perusahaan-perusahaan dalam negeri terutama terkait pelonggaran pajak. Kemenangan Trump meningkatkan aliran modal asing ke AS karena investor melihat investasi di AS lebih menarik.
Di sisi lain, arus keluar (outflow) di pasar saham tanah air kian deras. Dalam sepekan, investor asing melakukan aksi jual bersih atau net foreign sell sebanyak Rp 3,65 triliun. Bahkan dalam sebulan, jumlah nilai jual asing mencapai Rp15,95 triliun. Saham perbankan besar (big bank) menjadi saham yang paling banyak dijual asing, sehingga harganya cenderung tertekan. Penurunan harga saham big bank cukup berdampak pada IHSG karena saham-saham sektor perbankan memiliki bobot yang cukup besar.
2. Isyarat Suku Bunga The Fed
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed juga menipis usai Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan pidatonya di Dallas pada Kamis (14/11). Kala itu, Powell menyatakan The Fed tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut. Usai rilis data inflasi AS periode Oktober, Powell menyatakan bahwa kondisi ekonomi yang kuat memungkinkan para pembuat kebijakan The Fed untuk memantau laju inflasi dengan hati-hati tanpa harus segera memangkas suku bunga lebih jauh. Menurut Powell, keputusan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut akan sangat bergantung pada tren inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini memungkinkan The Fed untuk menyeimbangkan stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Setelah pidato Powell, peluang penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed Desember 2024 mengecil. Menurut data CME FedWatch, per Selasa (19/11) probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis points (bps) hanya 58,9%.
3. Kurangnya Katalis Positif Dari Dalam Negeri
Pelemahan pasar saham saat ini juga akibat kurangnya katalis positif dari dalam negeri. Saat ini belum terdapat sentimen positif seperti kebijakan pemerintah yang mendukung investasi, data ekonomi yang kuat, atau keberhasilan proyek strategis yang mampu menggairahkan pasar saham. Kondisi ini membuat investor cenderung menahan diri untuk masuk ke pasar saham yang mengakibatkan rendahnya volume transaksi dan penurunan IHSG.
Penurunan nilai portofolio akibat guncangan pasar saat ini mungkin membuat sebagian dari Sobat Makmur terkejut, panik, dan akhirnya mengambil keputusan yang irasional. Bahkan, mungkin ada sebagian dari Sobat Makmur yang melakukan cut loss atau jual rugi. Padahal, naik turunnya pasar saham adalah hal yang biasa. Berikut adalah sejumlah tips agar kamu tetap tenang dan bersikap rasional dalam kondisi pasar yang menurun.
1. Mengevaluasi Tujuan Investasi
Penurunan harga saham adalah normal dan merupakan bagian dari fluktuasi pasar. Dalam berinvestasi, terutama untuk investasi jangka panjang yang sering melewati siklus pasar, penurunan harga saham adalah hal yang lumrah. Saat pasar saham sedang bergejolak, ada baiknya kamu mengingat kembali tujuan investasi. Jika tujuanmu adalah untuk jangka panjang, ada baiknya kamu tetap mempertahankan portofoliomu tanpa harus melakukan cut loss sembari tetap memantau berita mengenai sentimen pasar. Kamu juga sebaiknya menghindari melihat portofolio secara berlebihan. Sebab, memantau portofolio secara berlebihan dapat memicu stres dan tekanan.
2. Fokus pada Fundamental
Ketika saham yang kamu beli mengalami penurunan, periksa kembali apakah penurunan tersebut disebabkan oleh faktor fundamental perusahaan atau hanya sentimen pasar sementara. Jika saham yang kamu beli memiliki fundamental yang kuat, ada baiknya kamu pertimbangkan untuk bertahan atau bahkan membeli di harga yang lebih rendah (average down).
3. Hindari Tindakan Impulsif
Jika pasar sedang terguncang, jangan pernah membuat keputusan buru-buru berdasarkan ketakutan dan emosi sesaat. Luangkan waktu untuk menganalisis situasi sebelum melakukan penjualan atau pembelian lebih lanjut. Selain itu, kamu harus sadar bahwa kerugian sementara saat ini adalah bagian dari perjalanan investasi. Bersikap realistis terhadap risiko yang melekat pada pasar saham juga dapat membantu kamu menjaga emosi tetap terkendali.
4. Memantau Berita dan Perkembangan Terkini
Tak bisa dipungkiri, penyebaran berita saat ini semakin masif seiring canggihnya teknologi. Di sisi lain, berita menjadi salah satu patokan yang digunakan investor/pelaku pasar dalam berinvestasi. Untuk tetap bersikap tenang dan rasional, kamu bisa memantau berita dan perkembangan terkini yang berkaitan dengan pasar modal. Caranya, kamu bisa berlangganan kanal berita kredibel yang kamu yakini. Tujuannya, agar kamu tidak salah langkah dan mengambil tindakan cepat jika suatu sentimen terjadi.
5. Diversifikasi Aset
Sesuai pepatah “jangan menaruh semua telurmu dalam satu keranjang”, diversifikasi menjadi salah satu strategi untuk mengurangi risiko dalam penurunan nilai investasi. Dengan menyebar investasi ke berbagai jenis aset atau sektor, kamu dapat mengurangi dampak negatif dari kinerja buruk satu aset terhadap keseluruhan portofolio.
Kamu dapat melakukan diversifikasi aset dengan berinvestasi reksa dana. Jika kamu berinvestasi di reksa dana, dana milikmu akan dikelola secara otomatis dan profesional oleh Manajer Investasi (MI). MI bertugas menentukan aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana yang kamu pilih. Pemilihan aset ini dilakukan berdasarkan analisis mendalam serta mempertimbangkan berbagai aspek makroekonomi untuk memastikan pengelolaan investasi yang optimal.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur juga bisa memaksimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan sejumlah promo dari Makmur seperti promo November Growth, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Akhir tahun biasanya menjadi periode yang cemerlang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pergerakan IHSG di akhir tahun ini cukup menantang, dimana IHSG sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai prospek IHSG ke depan dan pilihan investasi yang bisa […]
Hai, Sobat Makmur! Menjelang akhir tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Seperti dua sisi mata uang, pelemahan nilai tukar rupiah membawa dampak negatif dan positif terhadap sejumlah sektor. Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan saham sektor mana saja yang terimbas dampak […]
Hai, Sobat Makmur! Menjelang 2025, ada sejumlah sentimen yang wajib kamu cermati, salah satunya yakni rencana China untuk menebar sejumlah stimulus. Sebagai salah satu negara dengan pengaruh yang cukup besar terhadap pasar modal, paket stimulus China menjadi sentimen yang ditunggu-tunggu oleh investor, karena berdampak pada arus modal dan pergerakan harga aset investasi. Pada artikel kali […]
Hai, Sobat Makmur! Apakah kamu pernah mendengar nama Paul Tudor Jones II? Jones adalah nama yang tak asing lagi di dunia investasi. Jones dikenal sebagai salah satu trader paling sukses di era modern, dengan perjalanan karier dan kisah hidup yang penuh inspirasi. Pada artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu berkenalan dengan perjalanan hidup Paul […]
Hai, Sobat Makmur! Dalam berinvestasi, kamu pasti memiliki target atau tujuan yang dipasang. Untuk memastikan apakah kinerja portofolio masih sesuai (inline) dengan tujuan, kamu harus melakukan evaluasi portofolio. Dalam artikel ini, Makmur akan mengajak kamu untuk mengenal pentingnya evaluasi portofolio dan cara melakukan evaluasi portofolio. Yuk, disimak! Apa Itu Evaluasi Portofolio? Evaluasi portofolio investasi adalah […]
Hai, Sobat Makmur! Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, tahun depan pemerintah akan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari semula 11% menjadi 12%. Di sisi lain, pemerintah juga baru saja mengumumkan adanya kenaikan rata-rata upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5% yang juga akan dibarengi dengan kenaikan upah minimum regional (UMR). Kenaikan PPN yang dibarengi dengan […]