Hai, Sobat Makmur! Dalam hitungan pekan, kita akan memasuki tahun 2025. Menjelang pergantian tahun, kamu pasti sudah memiliki resolusi dan rencana investasi baru. Namun, sebelum memasang resolusi dan rencana investasi di 2025, ada baiknya kamu mencermati sejumlah sentimen yang akan mewarnai pasar modal tahun depan. Pada artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu untuk membahas sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri yang berpotensi terjadi tahun depan, dan juga strategi investasi untuk mewujudkan tujuan finansialmu di 2025. Yuk, disimak!
Sebelum membahas mengenai sentimen pasar di 2025, ada baiknya kita sedikit melakukan kilas balik (throwback) terhadap sentimen pasar yang terjadi pada 2024. Bisa dibilang, tahun 2024 merupakan tahun yang cukup ramai sentimen bagi pasar modal Indonesia. Dari dalam negeri misalnya, ada sentimen pemilihan umum (pemilu) sekaligus menandakan perpindahan estafet kepemimpinan dari Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo. Kemudian, ada sejumlah data-data ekonomi yang menjadi cerminan kondisi perekonomian domestik, diantaranya fenomena deflasi yang terjadi 5 bulan secara beruntun, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, hingga kebijakan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Dari luar negeri, sentimen datang dari berlanjutnya aksi genosida di Timur Tengah, dimana ketidakpastian yang terjadi di wilayah ini memicu kekhawatiran investor terkait potensi eskalasi yang bisa mengganggu stabilitas pasar dan rantai pasok energi. Lalu, sejumlah bank sentral negara di dunia juga mulai melakukan pemangkasan suku bunga, seperti Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, Bank Sentral Uni Eropa, hingga Bank Sentral China. Kebijakan suku bunga bank sentral global turut mempengaruhi arus dana asing ke pasar modal domestik.
Sejumlah sentimen utama, baik dari dalam maupun luar negeri, diproyeksi akan membayangi pasar modal dalam negeri sepanjang tahun depan. Ini dia beberapa sentimen yang bisa kamu cermati sebagai persiapan untuk berinvestasi di 2025.
1. Kebijakan Pemangkasan Suku Bunga Bank Sentral Berlanjut
Era suku bunga rendah diperkirakan akan terus berlanjut tahun depan seiring dengan tren kebijakan pemangkasan suku bunga bank sentral dunia. Sejumlah bank sentral utama dunia seperti The Fed, European Central Bank (ECB), People’s Bank of China (PBOC), hingga BI diperkirakan masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pemangkasan suku bunga tahun depan. Sejumlah faktor menjadi pendorong bank sentral ini melakukan kebijakan pelonggaran moneter, mulai dari tingkat inflasi yang mulai melandai, kondisi pertumbuhan ekonomi yang stagnan, hingga adanya dorongan untuk memulihkan pasar tenaga kerja.
Kebijakan pemangkasan suku bunga ini akan mempengaruhi arus dana asing ke pasar modal Indonesia. Ketika suku bunga turun (khususnya di negara maju), investor cenderung mencari return lebih tinggi di pasar negara berkembang atau emerging market (EM), termasuk Indonesia. Arus modal asing ini bisa memperkuat nilai tukar rupiah dan meningkatkan likuiditas pasar modal, sehingga mendorong kenaikan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya saham yang memiliki kaitan dengan suku bunga seperti perbankan, perusahaan pembiayaan, dan properti.
2. Pertumbuhan Ekonomi Global
Kinerja ekonomi negara-negara besar yang menjadi mitra dagang utama seperti AS, China, India, dan Uni Eropa akan mempengaruhi permintaan dan perekonomian global, utamanya terhadap komoditas. Indonesia sendiri merupakan negara yang cukup bergantung pada kekuatan harga komoditas global seperti batubara, minyak, gas, dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Ketika ekonomi negara-negara mitra dagang utama tumbuh dengan baik, permintaan atas produk-produk komoditas ekspor Indonesia cenderung meningkat. Hal ini tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik dan mendukung pendapatan emiten yang bergerak di sektor tersebut. Selain itu, ketika ekonomi negara besar di dunia mengalami pertumbuhan positif, investor asing cenderung lebih percaya diri menanamkan modal di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
3. Tren Pergantian Kepemimpinan dan Kebijakan Negara di Dunia
Beberapa negara yang memiliki pengaruh besar bagi perekonomian global akan segera memiliki pemimpin baru pada tahun depan. Dua diantaranya adalah Inggris dan AS. Pergantian kepemimpinan akan disertai dengan perubahan arah kebijakan dari pemimpin sebelumnya. Tentunya, setiap kebijakan dari pemimpin baru dunia akan berdampak bagi negara-negara lain, tak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, AS saat ini sedang menggelar pemilihan presiden, dimana calon dari Partai Republik yakni Donald J. Trump unggul sementara. Trump dikenal memiliki kebijakan yang cukup protektif terhadap produk dalam negeri. Salah satu kebijakan kampanyenya adalah mengenakan tarif 10% hingga 20% pada semua barang impor (termasuk dari Indonesia), dengan pengenaan tarif tertinggi terhadap barang dari China yang mencapai 60%.
Jika nantinya diterapkan, kebijakan ini bisa menyebabkan biaya tarif dagang untuk produk dari China yang di ekspor ke AS naik signifikan. Dampaknya, biaya produksi meningkat dan menyebabkan harga barang mengalami kenaikan, sehingga tingkat inflasi AS berpotensi merangkak naik. Kondisi ini akan semakin mempersulit The Fed untuk melakukan penurunan suku bunga. Terbatasnya ruang The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter tentu akan berdampak pada arus dana asing yang masuk ke Indonesia.
4. Konflik Geopolitik yang Masih Terus Berlanjut
Konflik geopolitik dan genosida yang terus berlanjut di Timur Tengah turut mempengaruhi sentimen investor terhadap risiko jangka panjang. Investor akan mengubah strategi portofolio untuk mengurangi paparan risiko. Jika konflik geopolitik terus berlanjut, investor akan cenderung menghindari aset berisiko dan memilih instrumen investasi yang lebih aman (safe haven). Kondisi ini dapat menekan pasar modal Indonesia terutama ketika investor asing melepas aset-aset mereka di Indonesia untuk berinvestasi di pasar yang dianggap lebih stabil. Tekanan ini bisa berdampak pada likuiditas di pasar modal domestik. Selain itu, konflik geopolitik juga berdampak pada volatilitas harga komoditas, terutama komoditas energi seperti minyak dan gas alam. Kondisi ini bisa memicu reaksi negatif di pasar modal, terutama terhadap sektor yang sensitif terhadap harga energi seperti manufaktur dan sektor migas.
Nah, Sobat Makmur, dari artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa sentimen pasar modal tahun 2025 masih seputar adanya ketidakpastian ekonomi dan juga arah kebijakan suku bunga bank sentral. Untuk itu, penting bagi kamu untuk memilih instrumen yang tepat guna menghadapi sentimen di tahun 2025.
Untuk menghadapi ketidakpastian, kamu bisa memilih instrumen yang cenderung aman dan stabil, salah satunya reksa dana pasar uang. Reksa dana pasar uang memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen lainnya. Ketika kondisi pasar bergejolak, kinerja investasi reksa dana pasar uang cenderung stabil. Seluruh portofolio reksa dana pasar uang diinvestasikan ke instrumen jangka pendek, yakni instrumen investasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun seperti deposito, Sertifikat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan sejenisnya. Keunggulan lain dari reksa dana pasar uang adalah aspek likuiditas yang tinggi, dimana reksa dana ini mudah untuk dicairkan kapanpun tanpa dikenakan denda.
Sementara untuk menghadapi potensi penurunan suku bunga, kamu bisa mencermati reksa dana pendapatan tetap. Mayoritas portofolio reksa dana ini merupakan efek yang bersifat utang (baik obligasi dan/atau sukuk). Ketika suku bunga turun, harga obligasi akan cenderung naik. Penurunan tingkat suku bunga acuan akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan menjadi tidak menarik, sehingga akan membuat investor lebih tertarik berinvestasi di instrumen obligasi dibandingkan dengan menaruh uangnya di deposito. Era suku bunga rendah yang diperkirakan berlanjut tahun depan bisa membantu kamu dalam memaksimalkan potensi return dari reksa dana pendapatan tetap.
Kamu juga bisa melakukan strategi diversifikasi dengan mencermati reksa dana campuran. Sebab, reksa dana ini mengombinasikan berbagai jenis instrumen seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Karena ada campuran antara aset berisiko rendah dan berisiko tinggi, reksa dana campuran memberikan potensi pertumbuhan yang optimal, akan tetapi dengan risiko yang terkontrol. Dengan memilih reksa dana campuran, kamu bisa menikmati potensi keuntungan yang lebih tinggi dari reksa dana pasar uang namun dengan fluktuasi yang lebih rendah dibandingkan reksa dana saham.
Selain memilih instrumen yang tepat, kamu juga harus memilih platform investasi yang tepat dan aman. Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur juga bisa memaksimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan sejumlah promo dari Makmur seperti promo November Growth, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Dalam beberapa waktu terakhir, minat masyarakat dalam berinvestasi emas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini tercermin dari antrean panjang di berbagai gerai penjualan logam mulia. Emas menjadi pilihan karena pergerakan harganya yang relatif stabil dan cenderung meningkat dalam jangka panjang, sehingga dapat dijadikan sebagai aset pelindung nilai (safe haven). Namun, emas tentu […]
Hai, Sobat Makmur! Setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia kembali dibuka dengan pergerakan yang volatile. Meskipun IHSG berhasil menguat, investor asing justru terus melanjutkan aksi jualnya. Di saat yang sama, rupiah juga mengalami tekanan akibat ketidakpastian global dan gejolak geopolitik. Kondisi ini membuat investor mempertimbangkan kembali posisi saham apakah masih relevan untuk dipertahankan, atau saatnya […]
Hai, Sobat Makmur! Morgan Stanley Capital International (MSCI) baru saja mengumumkan bahwa tiga saham milik Grup Barito, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan Petrosea Tbk (PTRO), tidak masuk dalam proses review untuk penyesuaian indeks MSCI Global Standard pada periode Mei 2025. Kabar ini tentu menjadi perhatian pasar, […]
Hai, Sobat Makmur! Belakangan ini, kondisi pasar keuangan sedang menghadapi banyak ketidakpastian, mulai dari sentimen perang dagang, inflasi global yang masih tinggi, hingga arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang belum pasti membuat investor cenderung wait and see. Di saat yang sama, rupiah juga terus mengalami tekanan terhadap dolar AS. Situasi seperti ini banyak […]
Hai, Sobat Makmur! Perang Dagang masih menjadi sentimen utama yang membayangi pasar modal global belakangan ini. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan reciprocal tariffs memicu aksi balasan dari negara besar seperti China. Tak pelak, aksi saling balas tarif ini memicu adanya ketidakpastian khususnya bagi pasar saham dunia. Pada artikel kali ini, Makmur […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar saham global sempat mengalami penurunan tajam saat libur Lebaran kemarin. Beberapa bursa di Asia seperti Indeks Nikkei (Jepang), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), hingga Strait Times (Singapura) mengalami penurunan yang signifikan. Penyebab utama penurunan ini adalah penerapan tarif balasan atau reciprocal tariff oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. […]