Hai, Sobat Makmur! Jumlah investor di Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Bertambahnya jumlah investor di tanah air menandakan jumlah investor pemula juga semakin banyak. Akan tetapi, banyak diantara investor pemula yang masih belum benar-benar memahami dunia pasar modal, termasuk instrumen yang dipilih. Dari sekian banyak instrumen investasi saat ini, reksa dana merupakan salah satu instrumen yang tepat bagi investor pemula. Pada artikel kali ini, Makmur akan menjelaskan mengenai alasan mengapa reksa dana cocok bagi kamu yang masih menjadi investor pemula. Tentunya, artikel ini akan bermanfaat bagi kamu dalam berinvestasi dan memaksimalkan keuntungan. Yuk disimak!
Pasar modal Indonesia masih menjadi lahan basah bagi investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini tercermin dari terus bertambahnya jumlah investor di Indonesia. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia, jumlah investor pasar modal di Indonesia mencapai 13,34 juta Single Investor Identification (SID) hingga Juli 2024. Angka tersebut tumbuh 2,05% dari jumlah investor pasar modal periode Juni 2024 yang sebesar 13,07 juta investor. Berdasarkan jenis instrumen, investor reksa dana masih menjadi yang terbesar. Dari 13,34 juta investor yang teridentifikasi SID, sebanyak 12,57 juta investor berinvestasi di instrumen reksa dana. Jumlah ini naik 2,14% dari investor reksa dana di periode Juni 2024 yang sebesar 12,31 juta investor.
Banyaknya pertumbuhan jumlah investor reksa dana menunjukkan instrumen ini masih diminati investor pemula dibandingkan instrumen lainnya. Hal ini tidak terlepas dari sifat reksa dana yang cocok dijadikan instrumen inevstasi bagi investor baru.
1. Dana Akan Dikelola Manajer Investasi (MI)
Kesibukan menjadi salah satu faktor yang membuat investor pemula tidak memiliki waktu untuk memantau dan mengelola portofolio investasinya. Hal ini bisa membuat kamu kurang maksimal dalam mengelola portofolio. Namun, jika kamu berinvestasi di reksa dana, dana milikmu akan dikelola secara profesional oleh pihak ketiga yakni Manajer Investasi (MI). MI akan bertanggung jawab memilih aset yang akan dimasukkan dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Pastinya, pemilihan aset dilakukan berdasarkan analisis mendalam dan disertai dengan sejumlah analisis dan pertimbangan makro ekonomi (seperti kebijakan suku bunga, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal). Nah, dengan adanya MI sebagai pihak ketiga, tentunya kamu tidak perlu repot untuk memantau portofoliomu. Sebab, MI akan melaporkan kinerja dan alokasi dana kepada investor secara teratur.
2. Modal yang Terjangkau
Modal menjadi salah satu faktor penentu utama dalam berinvestasi. Sebab, besaran modal akan menentukan jenis dan besaran (kuantitas) instrumen yang akan kamu beli. Terkadang, modal menjadi faktor penghambat terbesar dalam berinvestasi. Sebab, mindset keliru yang selama ini beredar adalah berinvestasi harus membutuhkan modal yang besar. Nyatanya, modal awal berinvestasi reksa dana tidaklah besar dan hanya membutuhkan modal yang minim. Di Makmur, kamu bisa menemukan reksa dana terbaik yang bisa dibeli hanya dengan modal awal Rp10.000. Beberapa reksa dana berkinerja baik yang bisa kamu beli dengan modal Rp10.000 diantaranya reksa dana Capital Fixed Income Fund, STAR Stable Income Fund, dan Trimegah Balanced Absolute Strategy Low Volatility.
Hal ini berbeda jika kamu berinvestasi di instrumen lain seperti saham dan obligasi negara ritel (ORI) secara langsung, dimana modal awal yang harus dikeluarkan cukup besar. Misal, minimum pembelian ORI adalah Rp1 juta dan kelipatannya. Sementara itu, modal untuk membeli saham harus disesuaikan dengan harga terakhir dan juga lot minimum pembelian. Misal, kamu berencana membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dimana harga saham BBCA per Jumat (6/9) berada di level Rp 10.300 per saham. Untuk diketahui, jumlah minimal unit pembelian saham adalah 1 lot (100 lembar saham). Ini berarti, kamu harus merogoh kocek minimal Rp1.030.000 untuk membeli 1 lot saham BBCA.
3. Diversifikasi Otomatis
Diversifikasi portofolio merupakan salah satu kunci untuk meminimalkan risiko dan mendapatkan keuntungan yang lebih optimal. Akan tetapi, keterbatasan dana, waktu, dan pengetahuan membuat investor terkadang kurang bisa menerapkan strategi diversifikasi. Namun, dengan membeli reksa dana, kamu otomatis telah melakukan diversifikasi. Sebab, dana yang diinvestasikan dalam reksa dana dialokasikan oleh MI ke berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Diversifikasi ini bisa membantu mengurangi risiko konsentrasi pada satu jenis instrumen atau perusahaan. Dengan kata lain, jika satu instrumen mengalami koreksi, maka portofoliomu akan terbantu oleh kinerja portofolio di aset lain.
4. Minim Risiko
Banyak dari investor pemula yang memiliki risiko profil yang rendah. Bagi kamu yang memiliki profil risiko rendah, kamu bisa memilih reksa dana pasar uang yang memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen lainnya. Untuk diketahui, seluruh portofolio reksa dana pasar uang diinvestasikan ke instrumen jangka pendek, yakni instrumen investasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun seperti deposito, Sertifikat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan sejenisnya. Instrumen ini dikenal memiliki volatilitas yang rendah. Ketika kondisi pasar bergejolak, kinerja investasi reksa dana pasar uang cenderung stabil. Selain itu, instrumen berjangka pendek juga memiliki risiko gagal bayar yang kecil. Oleh karena itu, jenis reksa dana ini cocok bagi investor pemula.
5. Return Stabil
Mendapat return atau imbal hasil pasti menjadi tujuan kamu dalam berinvestasi. Namun, sebagai investor pemula terkadang kamu meragukan kinerja instrumen investasi yang kamu beli, apakah instrumen tersebut mampu menghasilkan return yang optimal. Di sisi lain, kamu belum berani untuk mengambil risiko yang besar di pasar modal. Jika kamu adalah tipe investor seperti ini, kamu bisa memilih reksa dana pasar uang. Namun, jika kamu tipe investor yang moderat, kamu bisa memilih reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana ini dikenal bisa memberikan return yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan instrumen lain seperti deposito atau reksa dana pasar uang. Hal ini karena reksa dana pendapatan tetap memiliki jangka waktu investasi yang lebih panjang.
Berikut adalah 10 reksa dana pendapatan tetap dengan return tertinggi sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD) per 9 September 2024.
1. STAR Stable Amanah Sukuk, return 5,25% YTD
2. Trimegah Fixed Income Plan Syariah, return 5,15% YTD
3. Avrist Prime Income Fund, return 4,99% YTD
4. Sucorinvest Monthly Income Fund, return 4,95% YTD
5. Insight Government Fund, return 4,82% YTD
6. Syailendra Pendapatan Total Return Kelas A, return 4,75% YTD
7. Capital Fixed Income Fund, return 4,68% YTD
8. Insight Renewable Energy Fund, return 4,61% YTD
9. I-Hajj Syariah Fund, return 4,53% YTD
10. Capital Sharia Fixed Income, return 4,51% YTD
Sobat Makmur, dari artikel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa reksa dana merupakan instrumen yang pas bagi investor pemula. Setelah membaca artikel ini, apakah kamu sudah semakin yakin untuk membeli reksa dana pilihanmu? Jika iya, pastikan kamu membeli reksa dana terbaik di Makmur, ya! Untuk memaksimalkan kinerja portofoliomu, kamu juga bisa membeli reksa dana pilihan dengan memanfaatkan promo Superb September 2024, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur. Namun perlu diingat, sebelum berinvestasi kamu harus menentukan tujuan investasi dengan jelas dan juga memahami profil risiko investasi terlebih dahulu.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Nilai tukar rupiah tidak hanya menggambarkan stabilitas ekonomi nasional, tetapi juga menunjukkan bagaimana investor global menilai kekuatan fundamental domestik. Dalam beberapa waktu terakhir, rupiah menunjukkan tren pelemahan terhadap United States Dollar (USD), yang tentu perlu dicermati oleh para investor, khususnya dari sisi manajemen risiko nilai tukar. Di artikel ini, Makmur akan mengulas […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar keuangan Indonesia sedang mengalami pergerakan yang fluktuatif. Di tengah tekanan global dan ketidakpastian suku bunga, investor asing melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan instrumen jangka pendek. Namun menariknya, investor asing tetap berinvestasi pada obligasi pemerintah. Fenomena ini menyimpan banyak insight penting, khususnya buat kamu yang ingin tetap cermat menghadapi […]
Hai, Sobat Makmur! Perekonomian Indonesia memang masih menunjukkan pertumbuhan, tapi ada sinyal penting yang perlu kita cermati. Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia melambat tahun ini. Salah satu penyebabnya dari tekanan pada kelas menengah, yang selama ini jadi penopang utama ekonomi nasional. Pada artikel ini, Makmur akan mengajak kamu memahami lebih dalam apa yang […]
Hai, Sobat Makmur! Dalam beberapa waktu terakhir, minat masyarakat dalam berinvestasi emas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini tercermin dari antrean panjang di berbagai gerai penjualan logam mulia. Emas menjadi pilihan karena pergerakan harganya yang relatif stabil dan cenderung meningkat dalam jangka panjang, sehingga dapat dijadikan sebagai aset pelindung nilai (safe haven). Namun, emas tentu […]
Hai, Sobat Makmur! Setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia kembali dibuka dengan pergerakan yang volatile. Meskipun IHSG berhasil menguat, investor asing justru terus melanjutkan aksi jualnya. Di saat yang sama, rupiah juga mengalami tekanan akibat ketidakpastian global dan gejolak geopolitik. Kondisi ini membuat investor mempertimbangkan kembali posisi saham apakah masih relevan untuk dipertahankan, atau saatnya […]
Hai, Sobat Makmur! Morgan Stanley Capital International (MSCI) baru saja mengumumkan bahwa tiga saham milik Grup Barito, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan Petrosea Tbk (PTRO), tidak masuk dalam proses review untuk penyesuaian indeks MSCI Global Standard pada periode Mei 2025. Kabar ini tentu menjadi perhatian pasar, […]