Sobat Makmur, bank menjadi salah satu lembaga keuangan yang memegang peran krusial di masyarakat. Selain perannya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, bank juga berperan untuk menunjang pemerataan pembangunan dan ekonomi.
Pada Juni 2024, majalah ekonomi dan bisnis yang berbasis di Amerika Serikat, yakni Fortune, merilis daftar 10 perusahaan bank di Indonesia yang masuk ke dalam daftar perusahaan top berdasarkan Fortune Southeast Asia 500. Yuk disimak!
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memuncaki klasemen daftar Fortune Southeast Asia 500. Perbankan dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menduduki peringkat pertama untuk industri perbankan dan keuangan di Indonesia. Sedangkan di Asia Tenggara, BBRI menempati peringkat ke-4 untuk kategori finansial. Secara umum, BBRI menduduki peringkat 15 di antara 500 perusahaan dalam daftar tersebut. Fortune mencatat, BBRI membukukan pendapatan US$ 14,91 miliar atau setara Rp 240,18 triliun dengan laba bersih US$ 3,94 miliar atau setara Rp 63,46 triliun pada tahun buku yang berakhir 2023.
Di posisi kedua ada perusahaan bank BUMN lainnya, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Bank Mandiri mencatat pendapatan senilai US$ 11,51 miliar atau ekuivalen Rp 185,41 triliun dengan laba bersih US$ 3,61 miliar atau setara Rp 58,15 triliun. Bank Mandiri menduduki peringkat 22 di antara 500 perusahaan dalam daftar.
Di posisi ketiga ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank swasta terbesar di Indonesia ini membukukan pendapatan US$ 7,37 miliar, yang jika dirupiahkan sekitar Rp 118,72 triliun. Pada tahun lalu, BBCA membukukan laba bersih US$ 3,19 miliar atau setara Rp 51,38 triliun. Bank BCA menempati peringkat ke 40 dari 500 perusahaan dalam daftar Fortune Southeast Asia 500.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berada di peringkat keempat dengan pendapatan US$ 5,44 miliar yang jika dirupiahkan mencapai Rp 87,65 triliun dan dengan laba bersih US$ 1,37 miliar atau setara Rp 22,07 triliun. Bank BUMN ini menempati peringkat ke 62 di Asia Tenggara dari 500 perusahaan dalam daftar Fortune Southeast Asia 500.
Melengkapi posisi 5 besar, ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), yang mencatat pendapatan US$ 2,11 miliar atau setara Rp 33,39 triliun dengan laba bersih US$ 230 juta atau setara Rp 3,7 triliun. Bank BTN menempati peringkat ke 166 di Asia Tenggara.
Di posisi ke-6 hingga ke-10 perusahaan bank di Indonesia yang masuk ke dalam daftar perusahaan top berdasarkan Fortune Southeast Asia 500 secara berturut-turut yakni PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), Bank Mega Tbk (MEGA), PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), dan PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA).
Sebagai informasi, Fortune Southeast Asia 500 ini berisikan daftar 500 perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang dinilai berdasarkan revenue, profit, dan aset. Jadi, bisa dikatakan kalau perusahaan perbankan yang masuk ke daftar ini memiliki reputasi dan kestabilan finansial yang mumpuni.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk menyeleksi Fortune Southeast Asia 500. Pertama, aspek pendapatan (revenue), meliputi pendapatan bunga dan pendapatan non-bunga. Kedua, indikator laba bersih (profit) yang besarannya dihitung setelah pajak. Ketiga, neraca keuangan (balance sheet) meliputi jumlah seluruh modal disetor dan laba ditahan pada akhir tahun. Keempat, laba bersih per saham perusahaan. Kelima, tingkat pengembalian kepada investor mencakup apresiasi harga saham dan dividend yield.
Sobat Makmur, tahukah kamu jika saham-saham perbankan juga mendominasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Dari 10 saham dengan kapitalisasi pasar atau market cap terbesar di Bursa, 4 diantaranya merupakan saham perbankan. Per Senin (22/7), saham BBCA menjadi saham dengan market cap terbesar di bursa saham saat ini, dengan market cap senilai Rp 1.233 triliun, dengan persentase bobot 9,93% dari total market cap IHSG saat ini. Kemudian, saham BBRI ada di posisi kelima dengan market cap Rp 737 triliun atau setara 5,94% dari total market cap IHSG. Di bawah BBRI, yakni di posisi keenam ada saham BMRI dengan market cap Rp 610 triliun. Menggenapi posisi ke-10 ada saham BBNI dengan market cap Rp 118 triliun.
Besarnya market cap saham-saham perbankan menunjukkan perusahaan perbankan tanah air memiliki prospek yang menarik. Untuk diketahui, market cap adalah sebuah ukuran yang didasarkan pada nilai agregat suatu perusahaan. Nilai market cap didapatkan dengan mengalikan jumlah outstanding saham perusahaan yang beredar dengan harga satu lembar saham di pasar.
Tak heran, emiten perbankan bahkan kerap direkomendasikan terutama bagi investor pemula. Ada beberapa faktor yang membuat saham-saham perbankan masih menjadi pilihan utama investor:
1. Memiliki Kinerja Baik
Salah satu faktor pendukung saham perbankan adalah histori kinerja yang baik dari tahun ke tahun. Bahkan, pada tahun lalu sejumlah perusahaan perbankan besar di Indonesia seperti BBCA hingga BBRI berhasil mencetak laba bersih tertinggi sepanjang masa. Di pasar modal Indonesia, saham emiten perbankan juga dikenal cukup tangguh dalam menghadapi kondisi ketidakpastian. Terbukti, saham sejumlah perbankan besar seperti BBRI hingga BBCA sempat mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa di tengah sentimen pemilu tahun ini.
2. Likuiditas Saham yang Tinggi.
Saham dengan likuiditas tinggi menunjukkan bahwa saham tersebut diminati oleh para trader dan investor, sehingga sering ditransaksikan di pasar modal. Faktanya, saham-saham bank besar Indonesia seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI merupakan saham-saham dengan volume perdagangan yang besar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Sensitif terhadap Suku Bunga
Saham perbankan di Indonesia sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga, terutama suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias The Fed. The Fed adalah bank sentral milik AS yang berpengaruh besar terhadap industri perbankan global, termasuk Indonesia. Mayoritas keputusan The Fed akan direspon Bank Indonesia dengan penyesuaian kebijakan moneter di tanah air.
Nah, Sobat Makmur, dari penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa saham perbankan masih menjadi saham primadona dan saham pilihan terbaik saat ini. Tertarik untuk berinvestasi di saham perbankan? Kamu bisa memilih reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama di Makmur.
STAR Infobank 15 Kelas Utama merupakan reksa dana dengan komposisi 80% hingga 100% yang berasal dari kumpulan efek yang terdaftar pada Indeks INFOBANK15. Untuk diketahui, INFOBANK15 adalah indeks saham yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bekerja sama dengan penerbit Majalah Infobank. Indeks INFOBANK15 terdiri dari 15 saham sub sektor perbankan yang terdapat di sektor keuangan. Ke-15 saham ini memiliki aspek fundamental yang baik dan likuiditas perdagangan yang tinggi.
Reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama menjadi salah satu reksa dana dengan kinerja yang baik. Sejak awal tahun hingga per 22 Juli 2024, reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama menghasilkan return 1,56%. Return ini lebih tinggi dari return IHSG yang sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD) hanya naik 0,68%. Dalam sebulan, reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama bahkan memberi imbal hasil hingga 8,49%.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Kabar menarik datang dari dunia investasi nasional. Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates sekaligus salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia investasi, kini resmi ditunjuk sebagai dewan penasihat investasi Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Penunjukan ini bukan hanya langkah strategis bagi Indonesia, tetapi juga mempertegas komitmen negara dalam memperkuat posisinya […]
Hai, Sobat Makmur! Nilai tukar rupiah tidak hanya menggambarkan stabilitas ekonomi nasional, tetapi juga menunjukkan bagaimana investor global menilai kekuatan fundamental domestik. Dalam beberapa waktu terakhir, rupiah menunjukkan tren pelemahan terhadap United States Dollar (USD), yang tentu perlu dicermati oleh para investor, khususnya dari sisi manajemen risiko nilai tukar. Di artikel ini, Makmur akan mengulas […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar keuangan Indonesia sedang mengalami pergerakan yang fluktuatif. Di tengah tekanan global dan ketidakpastian suku bunga, investor asing melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan instrumen jangka pendek. Namun menariknya, investor asing tetap berinvestasi pada obligasi pemerintah. Fenomena ini menyimpan banyak insight penting, khususnya buat kamu yang ingin tetap cermat menghadapi […]
Hai, Sobat Makmur! Perekonomian Indonesia memang masih menunjukkan pertumbuhan, tapi ada sinyal penting yang perlu kita cermati. Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia melambat tahun ini. Salah satu penyebabnya dari tekanan pada kelas menengah, yang selama ini jadi penopang utama ekonomi nasional. Pada artikel ini, Makmur akan mengajak kamu memahami lebih dalam apa yang […]
Hai, Sobat Makmur! Dalam beberapa waktu terakhir, minat masyarakat dalam berinvestasi emas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini tercermin dari antrean panjang di berbagai gerai penjualan logam mulia. Emas menjadi pilihan karena pergerakan harganya yang relatif stabil dan cenderung meningkat dalam jangka panjang, sehingga dapat dijadikan sebagai aset pelindung nilai (safe haven). Namun, emas tentu […]
Hai, Sobat Makmur! Setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia kembali dibuka dengan pergerakan yang volatile. Meskipun IHSG berhasil menguat, investor asing justru terus melanjutkan aksi jualnya. Di saat yang sama, rupiah juga mengalami tekanan akibat ketidakpastian global dan gejolak geopolitik. Kondisi ini membuat investor mempertimbangkan kembali posisi saham apakah masih relevan untuk dipertahankan, atau saatnya […]