Hai, Sobat Makmur! Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk memangkas anggaran sejumlah kementerian/lembaga (K/L). Efisiensi tersebut dilakukan dalam upaya menciptakan efisiensi anggaran tahun ini. Ada beberapa sektor yang menjadi target efisiensi pemerintah tahun ini, diantaranya sektor infrastruktur, kesehatan, hingga pendidikan. Efisiensi ini akan berdampak pada sektor riil, yang nantinya akan berdampak ke saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas kebijakan efisiensi anggaran Presiden Prabowo terhadap sejumlah saham. Yuk, disimak!
Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, Presiden Prabowo menginstruksikan penghematan sebesar Rp306,69 triliun dalam APBN dan APBD tahun anggaran 2025. Penghematan ini terdiri dari Rp256,1 triliun dari anggaran kementerian/lembaga dan Rp50,59 triliun dari transfer ke daerah. Langkah ini mencakup pembatasan belanja non-prioritas, seperti pengurangan anggaran untuk kegiatan seremonial, studi banding, dan perjalanan dinas hingga 50%. Selain itu, belanja honorarium dan kegiatan pendukung yang tidak memiliki output terukur juga dibatasi.
Ada sejumlah sektor yang menjadi target pemangkasan anggaran, salah satu yang terbesar adalah sektor infrastruktur. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menjadi salah satu Kementerian yang mengalami pemotongan anggaran terbesar, yakni hingga 80%, setara dengan Rp81 triliun dari pagu anggaran Rp110,95 triliun.
Masih di sektor infrastruktur, ada Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) yang anggarannya dipangkas 75,2% dari semula Rp6,39 triliun menjadi Rp4,81 triliun. Kemudian, ada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), dimana anggarannya dipotong sebesar Rp8 triliun. Pengurangan signifikan terjadi pada pos seperti alat tulis kantor yang dipangkas hingga 90%.
Efisiensi yang dilakukan Prabowo akan menimbulkan sejumlah dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap beberapa sektor. Berikut beberapa sektor dan saham-saham yang kemungkinan terdampak efisiensi anggaran.
1. Sektor Infrastruktur
Infrastruktur menjadi salah satu sektor yang paling terdampak kebijakan efisiensi anggaran. Terbukti dari pemangkasan anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum dan Otorita Ibu Kota Nusantara. Pemangkasan anggaran ini berpotensi menunda atau membatalkan berbagai proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya. Hal ini dapat mengurangi volume pekerjaan bagi perusahaan konstruksi, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan dan profitabilitas.
Pada akhirnya, pemangkasan anggaran infrastruktur oleh pemerintah berdampak signifikan pada saham-saham di sektor ini. . Saham-saham konstruksi, khususnya emiten konstruksi pelat merah seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan cenderung dirugikan. Hal ini tercermin dari pergerakan indeks sektor infrastruktur, yakni IDX Infra yang terkoreksi 8,63% sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD) per tanggal 10 Februari 2025.
2. Sektor Bahan Material Konstruksi
Pemangkasan anggaran yang berpotensi menghambat Pembangunan infrastruktur juga akan berdampak pada permintaan barang material pendukung konstruksi. Permintaan barang material seperti semen, kaca, baja, dan keramik akan menurun seiring tertundanya pembangunan infrastruktur pendukung. Saham-saham produsen semen seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) akan terdampak. Saham-saham produsen baja seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) hingga PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) juga berpotensi terkena imbas pengurangan anggaran.
3. Sektor Pariwisata
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah, termasuk pengurangan perjalanan dinas dan pembatalan berbagai acara resmi, berdampak signifikan pada sektor pariwisata, khususnya sektor perhotelan. Selain itu, pengurangan anggaran perjalanan dinas pemerintah juga berdampak pada sektor pariwisata secara keseluruhan, mengingat belanja perjalanan dinas pemerintah merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi industri perhotelan dan pariwisata. Beberapa saham perhotelan yang berpotensi terkena dampak efisiensi antara lain PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP), PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM), PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID), hingga PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA).
4. Sektor Barang Konsumsi
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh Presiden Prabowo juga memberikan dampak signifikan terhadap sektor barang konsumsi, baik konsumsi primer maupun non-primer. Terlebih, efisiensi yang dilakukan juga mencakup pemberhentian sejumlah tenaga honorer. Pemotongan anggaran yang agresif ditambah munculnya angka pengangguran baru dapat menurunkan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli ini berpotensi mengurangi konsumsi domestik, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penurunan konsumsi domestik dapat berdampak langsung pada kinerja perusahaan di sektor barang konsumsi, seperti produsen makanan, minuman, dan produk rumah tangga lain seperti pakaian. Sejumlah saham barang konsumsi primer yang kemungkinan terdampak antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), hingga PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Sementara saham barang konsumsi non primer yang berpotensi terdampak antara lain PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), hingga PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Sobat Makmur, itu dia sejumlah saham-saham yang berpotensi terkena dampak efisiensi anggaran Presiden Prabowo. Oleh sebab itu, kamu perlu ekstra berhati-hati dalam berinvestasi saham di tengah sejumlah sentimen negatif, termasuk sentimen pemangkasan anggaran.
Nah, kamu bisa memilih instrumen investasi yang lebih aman dan simple, yakni reksa dana. Dengan berinvestasi di reksa dana, dana milikmu akan dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi (MI). MI bertugas menentukan aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana yang kamu pilih. Pemilihan aset ini dilakukan berdasarkan analisis mendalam serta mempertimbangkan berbagai aspek makroekonomi untuk memastikan pengelolaan investasi yang optimal.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo Special Valentine, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Kamu pasti sudah tidak asing dengan peribahasa jangan membeli kucing dalam karung. Pepatah bijak itu mengajarkan untuk selalu selektif dan cermat sebelum membeli sesuatu. Hal ini juga berlaku saat kamu akan berinvestasi, khususnya reksa dana yang berbasis surat utang (obligasi). Dalam obligasi, dikenal adanya rating yang menentukan sejauh mana penerbit surat utang […]
Hai, Sobat Makmur! Bulan Ramadan (puasa) biasanya menjadi momentum yang pas untuk memperbaiki aspek rohani. Di sisi lain, bulan puasa bisa menjadi waktu yang tepat untuk Sobat Makmur merencanakan investasi dengan bijak mengikuti prinsip syariah. Sebab, banyak peluang yang bisa kamu ambil selama Ramadan untuk berinvestasi karena adanya perubahan pola konsumsi dan ekonomi. Berikut prinsip-prinsip […]
Hai, Sobat Makmur! Reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap, masih menjadi instrumen investasi pilihan investor di tengah volatilitas pasar. Hal ini tergambar dari dana kelolaan alias asset under management (AUM) reksa dana per Januari 2025. Melansir data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total dana AUM per Januari 2025 menyentuh angka Rp796,87 triliun. Jumlah tersebut […]
Hai, Sobat Makmur! Saat ini kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan, dimana bulan ini umat Islam diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa. Tahukah Sobat Makmur, kalau bulan Ramadhan menjadi salah satu momentum puncak dari perilaku konsumsi di Indonesia? Hal ini tidak terlepas dari antusiasme masyarakat dalam menyambut Ramadhan, mulai dari mempersiapkan hidangan berbuka hingga baju baru […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar saham Indonesia saat ini masih cukup fluktuatif. Hal ini tergambar dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat anjlok dan menyentuh level terendah sejak pandemi Covid-19. Pelemahan IHSG ini disebabkan oleh masifnya sentimen negatif di pasar modal. Lalu, bagaimana Sobat Makmur menyikapi fluktuasi ini? Apa strategi dan instrumen investasi yang […]
Hai, Sobat Makmur! Tak terasa sebentar lagi umat Muslim akan memasuki bulan Ramadhan. Di bulan ini, seluruh umat Muslim diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Nah, biasanya pengeluaran Sobat Makmur di bulan puasa akan membengkak, entah untuk keperluan primer maupun untuk keperluan tersier. Membengkaknya pengeluaran sepanjang Ramadhan tak jarang membuat pengelolaan keuangan Sobat Makmur menjadi terganggu. […]