Hai, Sobat Makmur! Indonesia kini resmi memiliki badan pengelola investasi (BPI) baru, yakni Danantara. Dalam implementasinya, Danantara akan mengelola aset 7 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari 7 BUMN, ada 4 BUMN yang berstatus sebagai perusahaan terbuka dan memiliki saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai prospek 4 saham yang masuk dalam Danantara, mulai dari BBRI hingga TLKM. Yuk, disimak!
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu apa itu Danantara. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dibentuk dengan tujuan untuk mengonsolidasikan kekuatan ekonomi BUMN dan mengelola investasi di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Danantara akan berfokus pada sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, pengembangan industri manufaktur, hilirisasi sumber daya alam, dan ketahanan pangan.
Sebagai superholding BUMN, Danantara akan mengelola tujuh BUMN besar, antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID. Ada 4 perusahaan yang merupakan perusahaan terbuka, yakni BBRI, BBNI, BMRI, dan TLKM.
Presiden Prabowo mengatakan, total aset yang dikelola atau asset under management (AUM) Danantara diperkirakan mencapai lebih dari US$900 miliar, dengan pendanaan awal sebesar US$20 miliar. Sumber pendanaan awal Danantara akan berasal dari penghematan APBN dan dividen yang disetorkan BUMN.
Sejak diumumkan terlibat dalam Danantara, saham-saham ini (terutama saham perbankan) sempat bergerak fluktuatif. Ada beberapa faktor yang membuat saham-saham ini mengalami fluktuasi. Pertama, adanya gerakan masif di sosial media terkait ajakan menarik uang di perbankan BUMN dan memindahkannya ke perbankan swasta. Kedua, pasar masih wait and see terkait kebijakan BBRI, BMRI, dan BBNI usai masuk ke Danantara.
Meski demikian, dalam jangka panjang saham-saham BBRI, BMRI, dan BBNI masih cukup menarik dan prospektif. Ada sejumlah katalis positif yang bisa mendorong kinerja saham perbankan. Pertama, penurunan suku bunga Bank Indonesia atau BI rate yang baru saja terjadi pada Januari 2025. Pemangkasan suku bunga BI rate dapat mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Dengan penurunan BI rate, bank cenderung menyesuaikan suku bunga kredit yang ditawarkan kepada nasabah. Akibatnya, pinjaman akan menjadi lebih murah dan terjangkau sehingga mendorong masyarakat untuk mengambil kredit konsumtif maupun kredit untuk usaha.
Kedua, kinerja yang solid. Baik BBRI, BBNI, dan BMRI, berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih tahun lalu. Solidnya kinerja perbankan mencerminkan bank memegang peranan vital di masyarakat. Ketiga, sentimen positif juga datang dari kabar rencana aksi pembelian kembali alias buyback saham yang akan dilakukan BBRI, BMRI, dan BBNI. Aksi korporasi ini diharapkan mampu menjadi sentimen positif bagi saham BBRI, BMRI, dan BBNI.
Sementara untuk TLKM, ada beberapa sentimen positif bagi saham emiten telekomunikasi ini. Pertama, pangsa pasar telekomunikasi yang cukup berkembang seiring dengan penetrasi internet. Kedua, inovasi yang dilakukan TLKM untuk menggaet pasar. Salah satunya, TLKM melalui Telkomsel menggunakan operator ByU untuk menarik minat pasar. ByU merupakan operator kelas dua yang bersaing untuk mempertahankan basis pelanggan TLKM di segmen ini. Namun, TLKM menghadapi persaingan ketat di sektor telekomunikasi yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2027, terutama dalam layanan internet mobile broadband (MBB).
Nah, Sobat Makmur, itu dia prospek saham BBRI, BMRI, BBNI, dan TLKM yang masuk ke ekosistem Danantara. Dalam jangka panjang, saham-saham memiliki prospek yang menjanjikan. Sehingga, koreksi yang sempat terjadi pada saham-saham perbankan besar bisa menjadi peluang bagi investor untuk menyerok saham-saham ini di harga yang murah.
Selain membeli secara langsung, kamu juga bisa memiliki saham-saham ini melalui reksa dana saham. Salah satu reksa dana yang menawarkan portofolio saham-saham emiten perbankan berkualitas adalah reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama.
STAR Infobank15 Kelas Utama merupakan reksa dana dengan komposisi 80% hingga 100% yang berasal dari kumpulan efek yang terdaftar pada Indeks INFOBANK15. Indeks INFOBANK15 terdiri dari 15 saham sub sektor perbankan yang terdapat di sektor keuangan, seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, BBTN, dan BRIS. Ke-15 saham yang mengisi portofolio reksa dana STAR Infobank 15 Kelas Utama memiliki aspek fundamental yang baik dan likuiditas perdagangan yang tinggi.
Selain STAR Infobank 15 Kelas Utama, berikut sejumlah reksa dana saham yang bisa kamu cermati :
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo Special Valentine, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Goldman Sachs membawa kabar positif yang membuka peluang baru bagi dunia investasi Indonesia di tengah ketidakpastian pasar tahun ini. Dalam laporannya, Goldman Sachs memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) berpotensi memangkas suku bunga sebesar 100 basis points (bps) hingga akhir 2025. Apa dampaknya bagi pasar keuangan dan peluang investasimu apabila suku bunga benar-benar […]
Hai, Sobat Makmur! Dividen menjadi salah satu daya tarik investasi bagi banyak investor, terutama bagi investor yang menginginkan pendapatan dari dividen. Namun, saat ini terdapat tren penurunan jumlah emiten yang membagikan dividen. Pada kuartal I-2024, terdapat 16 emiten yang membagikan dividen, namun hanya 7 emiten yang memberikan dividen pada kuartal I-2025. Dalam artikel ini, Makmur […]
Hai, Sobat Makmur! Kabar menarik datang dari dunia investasi nasional. Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates sekaligus salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia investasi, kini resmi ditunjuk sebagai dewan penasihat investasi Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Penunjukan ini bukan hanya langkah strategis bagi Indonesia, tetapi juga mempertegas komitmen negara dalam memperkuat posisinya […]
Hai, Sobat Makmur! Nilai tukar rupiah tidak hanya menggambarkan stabilitas ekonomi nasional, tetapi juga menunjukkan bagaimana investor global menilai kekuatan fundamental domestik. Dalam beberapa waktu terakhir, rupiah menunjukkan tren pelemahan terhadap United States Dollar (USD), yang tentu perlu dicermati oleh para investor, khususnya dari sisi manajemen risiko nilai tukar. Di artikel ini, Makmur akan mengulas […]
Hai, Sobat Makmur! Pasar keuangan Indonesia sedang mengalami pergerakan yang fluktuatif. Di tengah tekanan global dan ketidakpastian suku bunga, investor asing melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan instrumen jangka pendek. Namun menariknya, investor asing tetap berinvestasi pada obligasi pemerintah. Fenomena ini menyimpan banyak insight penting, khususnya buat kamu yang ingin tetap cermat menghadapi […]
Hai, Sobat Makmur! Perekonomian Indonesia memang masih menunjukkan pertumbuhan, tapi ada sinyal penting yang perlu kita cermati. Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia melambat tahun ini. Salah satu penyebabnya dari tekanan pada kelas menengah, yang selama ini jadi penopang utama ekonomi nasional. Pada artikel ini, Makmur akan mengajak kamu memahami lebih dalam apa yang […]