Hai, Sobat Makmur! Sejumlah bank sentral dunia diperkirakan mulai menurunkan suku bunga acuannya pada semester kedua tahun ini. Sebut saja Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan memangkas suku bunganya mulai September 2024. Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai dampak kebijakan pemangkasan suku bunga acuan terhadap kinerja reksa dana. Kira-kira, jenis reksa dana apa yang paling terdampak kebijakan penurunan suku bunga? Yuk disimak!
Sebelum mengulas dampak kebijakan suku bunga ke reksa dana, ada baiknya Sobat Makmur mengetahui mengenai apa itu kebijakan suku bunga. Kebijakan suku bunga merupakan kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral suatu negara. Di Indonesia, kebijakan suku bunga ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), dimana suku bunga acuannya dikenal dengan nama BI rate.
Bank sentral memiliki wewenang dalam menaikkan atau menurunkan suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga acuan seringkali diputuskan untuk mengendalikan berbagai faktor ekonomi, seperti mengendalikan inflasi hingga menjaga nilai tukar mata uang dalam negeri. Sementara penurunan suku bunga sering diambil untuk merespons kondisi ekonomi tertentu seperti mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung stabilitas keuangan.
Pada sisa tahun ini, sejumlah bank sentral dunia mulai menurunkan suku bunga acuannya. Bank of Canada (BoC) misalnya, memangkas suku bunganya sebesar 25 basis points (bps) pada Juli 2024 menjadi 4,5%. Ini merupakan pemotongan suku bunga dalam kurun waktu dua bulan secara berturut-turut. Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed juga mulai memberi sinyal pemangkasan suku bunganya mulai September 2024. Pemangkasan suku bunga ini seiring dengan kondisi inflasi yang sudah mendekati target 2%. Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan nantinya diperkirakan hanya sebesar 25 basis points (bps). Di sisi lain, BI juga telah memberi sinyal bakal menurunkan BI rate pada kuartal IV-2024. Penurunan suku bunga ini seiring dengan inflasi dalam negeri yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga.
Kebijakan suku bunga bank sentral menjadi salah satu sentimen yang cukup penting dicermati dalam berinvestasi. Sebab, naik atau turunnya suku bunga acuan akan mempengaruhi kinerja portofolio investasi, tak terkecuali reksa dana. Berikut ulasannya.
Ketika suku bunga turun, harga obligasi akan cenderung naik, begitu juga sebaliknya. Sebab, penurunan tingkat suku bunga acuan akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan menjadi tidak menarik. Penurunan suku bunga akan membuat investor lebih tertarik berinvestasi di instrumen obligasi dibandingkan dengan menaruh uangnya di deposito. Dalam kondisi ini, reksa dana pendapatan tetap menjadi reksa dana yang paling diuntungkan, karena merupakan reksa dana yang mayoritas portofolionya merupakan efek yang bersifat utang (obligasi).
Secara tidak langsung, penurunan suku bunga juga akan berdampak ke reksa dana saham. Penurunan suku bunga akan membuat investor mencari alternatif lain dengan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito, yakni pasar saham. Secara teori, meningkatnya permintaan saham di bursa akan menyebabkan harga saham mengalami kenaikan.
Selain itu, penurunan suku bunga juga akan meningkatkan kinerja sejumlah emiten (perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa). Sebab, pemangkasan suku bunga akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Hal ini membuat emiten bisa mendapatkan pendanaan dengan biaya yang lebih rendah. Pada akhirnya, pendanaan yang murah ini berpotensi mendorong laba bersih emiten yang bermuara pada meningkatnya harga saham.
Berbeda dengan reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham, kebijakan penurunan suku bunga berpotensi memberatkan kinerja reksa dana pasar uang. Untuk diketahui, portofolio reksa dana jenis ini berisi mayoritas produk pasar uang seperti deposito. Ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, maka bank juga akan menurunkan suku bunga pinjaman serta deposito. Hal ini bisa membuat imbal hasil reksa dana pasar uang menjadi semakin kecil. Namun, reksa dana pasar uang tetap bisa menjadi pilihan yang tepat bagi kamu yang membutuhkan likuiditas jangka pendek.
Sementara untuk reksa dana campuran, dampak penurunan suku bunga akan tergantung dari komposisi portofolionya. Dalam mengelola reksa dana campuran, Manajer Investasi (MI) cukup fleksibel dalam mengatur portofolio. Misal, dalam kondisi pasar saham yang sedang bagus, MI bisa menambah porsi kepemilikan di saham. Namun, jika pasar obligasi sedang positif, MI bisa mengurangi porsi kepemilikan saham dan memperbanyak porsi kepemilikan di obligasi.
Dari artikel tersebut, Sobat Makmur bisa memahami bahwa suku bunga menjadi salah satu aspek yang cukup berdampak terhadap kinerja reksa dana. Akan tetapi, ada beberapa aspek yang harus kamu perhatikan sebelum memulai berinvestasi reksa dana.
Sobat Makmur, setelah membaca artikel di atas pastinya kamu semakin yakin untuk berinvestasi reksa dana. Namun, jangan lupa untuk menentukan tujuan investasi dengan jelas dan juga memahami profil risiko investasi terlebih dahulu. Setelah itu, pilihlah reksa dana yang sesuai dengan tujuanmu di aplikasi Makmur. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo August Financial Freedom 2024, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Akhir tahun biasanya menjadi periode yang cemerlang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pergerakan IHSG di akhir tahun ini cukup menantang, dimana IHSG sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai prospek IHSG ke depan dan pilihan investasi yang bisa […]
Hai, Sobat Makmur! Menjelang akhir tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Seperti dua sisi mata uang, pelemahan nilai tukar rupiah membawa dampak negatif dan positif terhadap sejumlah sektor. Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan saham sektor mana saja yang terimbas dampak […]
Hai, Sobat Makmur! Menjelang 2025, ada sejumlah sentimen yang wajib kamu cermati, salah satunya yakni rencana China untuk menebar sejumlah stimulus. Sebagai salah satu negara dengan pengaruh yang cukup besar terhadap pasar modal, paket stimulus China menjadi sentimen yang ditunggu-tunggu oleh investor, karena berdampak pada arus modal dan pergerakan harga aset investasi. Pada artikel kali […]
Hai, Sobat Makmur! Apakah kamu pernah mendengar nama Paul Tudor Jones II? Jones adalah nama yang tak asing lagi di dunia investasi. Jones dikenal sebagai salah satu trader paling sukses di era modern, dengan perjalanan karier dan kisah hidup yang penuh inspirasi. Pada artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu berkenalan dengan perjalanan hidup Paul […]
Hai, Sobat Makmur! Dalam berinvestasi, kamu pasti memiliki target atau tujuan yang dipasang. Untuk memastikan apakah kinerja portofolio masih sesuai (inline) dengan tujuan, kamu harus melakukan evaluasi portofolio. Dalam artikel ini, Makmur akan mengajak kamu untuk mengenal pentingnya evaluasi portofolio dan cara melakukan evaluasi portofolio. Yuk, disimak! Apa Itu Evaluasi Portofolio? Evaluasi portofolio investasi adalah […]
Hai, Sobat Makmur! Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, tahun depan pemerintah akan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari semula 11% menjadi 12%. Di sisi lain, pemerintah juga baru saja mengumumkan adanya kenaikan rata-rata upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5% yang juga akan dibarengi dengan kenaikan upah minimum regional (UMR). Kenaikan PPN yang dibarengi dengan […]